Langsung ke konten utama

KKN [13 Berlian Selesai Mengabdi]

Terkadang, banyak kejadian yang membuat orang merasa sangat hidup dan menjadikan perasaan meletup-letup tapi gagal mengungkapkan dalam kata-kata. Ya, karena yang berkesan selalu gagal di bahasakan -Fajrul Falah Wangsaguna
**
Sebenarnya kisah ini sudah berlalu sejak beberapa bulan yang lalu, namun begitu berbekas dan terkenang di hatiku, jadilah aku ingin menceritakannya dalam bentuk tulisan apa adanya, mengenang kembali saat-saat indah bersama orang-orang baru hari itu.


Ini KAMI, 13 berlian ..

Bagiku, kisah ini menjadi salah satu cerita yang sangat berkesan dalam hidupku. Pertemuan pertama, disebuah warung ayam penyet sebut saja ‘podoroso’. Kami yang sebelumnya tak pernah kenal satu sama lain, di paksa dengan senang hati untuk bertemu, saat itu sedang Bulan Ramadhan, jadilah kami berbuka puasa bersama. Perjalanan kami dimulai sejak pertemuan itu.

Biarku perkenalkan mereka, 12 manusia dengan jiwanya masing-masing, dengan sifat dan karakternya masing-masing, dengan suku dan budayanya masing-masing, dengan tujuan hidupnya masing-masing, dengan cita-citanya masing-masing, dengan warna kesukaannya masing-masing, dengan genre lagu favoritnya masing-masing, dan dengan cerita hidupnya masing-masing.

Anggi Saputra Dongoran, panggil saja Anggi. Mahasiswa program studi Bimbingan Konseling Islam. Annisa Anjela, panggil saja Icha. Mahasiswa program studi Manajemen. Atika Ayu Aulia, panggil saja Tika. Mahasiswa program studi Psikologi. Elfita Herawati, panggil saja Fita. Mahasiswa program studi jurusan Ekonomi Syariah. Erlinda, panggil saja Linda. Mahasiswa program studi jurusan Pendidikan Kimia. Hardik Dewantoro, panggil saja Dede. Mahasiswa program studi jurusan Pendidikan Agama Islam. Heru Indra Riawan, panggil saja Heru. Mahasiswa program studi jurusan Akuntansi. Naredho Hafiz, panggil saja Naredho. Mahasiswa program studi jurusan Hukum Keluarga. Nurhidayah, panggil saja Dhaya. Mahasiswa program studi jurusan Akuntansi. Oriza Sandriani, panggil saja Ori. Mahasiswa program studi jurusan Matematika Terapan. Sri Wahyuni, panggil saja Yuni. Mahasiswa program studi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Wendy Kuswoyo, panggil saja Wendy. Mahasiswa program studi jurusan Teknik Industri.

Dan kami dipertemukan atas nama Takdir, takdir yang sudah di tentukan oleh Allah. Dan mengenal mereka membuat ku bahagia, menuliskan cerita dan momen indah bersama mereka merupakan kesempatan luar biasa yang diberikan Allah untukku, sebut kami UNO Squad. Semoga nanti kita dapat dipertemukan kembali di Surga-Nya. Aamiin aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.
Ya, kami di pertemukan Takdir melalui program KKN. Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu. Pelaksanaan kegiatan KKN biasanya berlangsung antara satu sampai dua bulan dan bertempat di daerah setingkat desa. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Indonesia telah mewajibkan setiap perguruan tinggi untuk melaksanakan KKN sebagai kegiatan intrakurikuler yang memadukan tri dharma perguruan tinggi yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dengan pilihan hati masing-masing, kami memilih untuk dipertemukan di sebuah Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Karena pada saat itu pengisian portal KKN untuk pemilihan kecamatan dan desa menggunakan kode-kode, jadilah kami ditempatkan disebuah Kecamatan Kundur Utara, Kelurahan Tanjung Berlian Kota, tepatnya di Kampung Jawa. Jadi mayoritas masyarakat di desa pengabdian kami adalah suku jawa.

Kelurahan Tanjung Berlian Kota merupakan salah satu desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Kundur Utara, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Sebelumnya lebih dikenal dengan nama desa/kelurahan Urung. Disini, terdapat sebuah pelabuhan yang merupakan pintu masuk ke Pulau Kundur, dan setiap harinya terjadwal pelayaran yang menghubungkan pelabuhan ini dengan Tanjung Batu, Tanjung Balai Karimun, Moro dan Sekupang Batam.

Kabupaten Karimun adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Ibu kota Kabupaten Karimun terletak di Tanjung Balai Karimun. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 7.984 km², dengan luas daratan 1.524 km² dan luas lautan 6.460 km². Kabupaten Karimun terdiri dari 198 pulau dengan 67 diantaranya berpenghuni, (dari 198 pulau hanya 67 saja yang berpenghuni). Kabupaten Karimun memiliki jumlah penduduk sebanyak 174.784 jiwa. Kabupaten Karimun Berbatasan dengan Kepulauan Meranti di sebelah Barat, Pelalawan dan Indragiri Hilir di Selatan, Selat Malaka di sebelah utara, dan Kota Batam di sebelah Timur. Di Kabupaten Karimun terdapat 12 kecamatan, diantaranya Karimun, Kundur Kota,  Meral Tebing, Meral Barat, Buru, Kundur Barat, Kundur Utara, Ungar, Moro, Durai, dan Belat. Dan letak kecamatan satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh jalur perairan.
***

Ini adalah pengalaman pertamaku menginjakkan kaki di Kepulauan Riau khususnya di Kabupaten Karimun. Semogaku, Allah masih memberikan kesempatan lain agar aku bisa mengunjungi Kepulauan Riau dan mengelilingi keindahannya, lalu berucap syukur Alhamdulillah.
KKN untukku, bukan hanya sekedar pengabdian lebih dari itu kami menjadi sebuah keluarga. Aku menemukan keluarga baruku dengan 12 jiwa yang baru saja kutemui hari itu, seiring dengan proses pembelajaran yang kulalui selama dua bulan di tempat yang juga baru ku kunjungi.

Sampailah kami menginjakkan kaki di lokasi pengabdian, Kampung Jawa RT/RW 05/10. Kehadiran kami disambut baik oleh Pak RT dan tuan rumah yang memberikan kami penginapan gratis selama dua bulan di istananya. Kami delapan orang perempuan sholeha tinggal di rumah Pak Paimin dan Ibu Poniati, sebuah keluarga yang memiliki empat orang anak. Satu anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan, kami menyatu bagaikan keluarga jauh yang tiba di istana mereka. Ibu Pon, sosok perempuan tangguh dengan kebaikan hatinya, tidak banyak berbicara, sangat peduli dan penuh kasih sayang, semoga Allah membalas kebaikan hati Ibu yaa, aamiin ya Allah. Dan lima orang laki-laki sholeh tinggal di rumah Ibu Sam, tidak jauh dari lokasi tempat tinggal kami juga.

Program KKN kami berjalan dengan lancar, kami aktif di acara perwirid-an yang dilaksanakan setiap hari jumat di Mushalla, kami aktif mengisi adzan magrib dan isya serta mengajari dan mengaji bersama dengan anak-anak masyarakat setempat, kami aktif mengajar di sebuah sekolah dasar, yaitu SDN 003 Kundur Utara, kami juga aktif berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelurahan, posyandu serta puskesmas dan kami berperan menyukseskan kegiatan 17 Agustus di Kelurahan tersebut.
Hal yang paling berkesan bagiku adalah ketika menjadi tenaga pengajar untuk suku pedalaman di Kelurahan Tanjung Berlian Kota. Suku pedalaman mereka akrab disapa dengan suku laut, dengan kepala suku bernama Pak Putang. Mereka memiliki budaya dan bahasa khusus, tetapi tidak tertutup pada hal-hal lainnya, buktinya mereka menyambut kedatangan kami dengan baik. Dan mereka berkeyakinan Budha. Tidak banyak yang bisa ku ceritakan mengenai mereka, karena hanya tiga minggu kami berkesempatan untuk menjadi tenaga pengajar di suku mereka, itupun hanya seminggu sekali.

Faktanya, mereka belum mengenal dengan baik mengenai baca dan tulis, anak-anak maupun orangtuanya, sangat memperihatinkan. Tetapi kabar baiknya, pemerintah sudah memberdayakan mereka dengan mengirimkan guru khusus untuk mengajari mereka. Sehingga mereka mendapatkan pelajaran seminggu dua kali, dari guru mereka dan dari kami. Di dekat perumahan mereka, terdapat sebuah pabrik arang. Pekerjaan mereka adalah mengangkut arang-arang dari pabrik menuju kapal untuk di jual ke Batam.

Bertemu mereka merupakan pengalaman tak terlupakan untukku, bersyukur selalu menjadi kunci utama agar hati kita selalu bahagia dan damai.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia 
[HR. Thabrani dalam Al-Ausath]

Singkatnya, seperti itulah kegiatan kami selama lebih kurang dua bulan. Selama disana, kami menghitung hari agar KKN ini cepat selesai dan kembali ke Pekanbaru, dan setelah selesai, kami justru merindukan momen-momen bahagia disana, banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil selama lebih kurang dua bulan tersebut. Sebelum pada akhirnya, KKN harus berakhir, tetapi tidak pada persahabatan dan kekeluargaan kami..

Sumber: Wikipedia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Samudera Tiga Hati

Hey bloggiest, ini hasil liburan aku! Libur sebulan ngebuat aku ngeresensi salah satu novel lama yang ada di rumah, xoxo Check this out!!! Samudera Tiga Hati Judul Buku: Samudera Tiga Hati Pengarang: Susi Irma Sulasiah Penerbit: Belabook Media Kota Terbit: Jakarta Tahun Terbit: 2011 Tebal Buku: 255 Halaman Jenis Buku: Novel Sinopsis Novel: ‘Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah kesesuaian jiwa dan jika itu tidak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad’ *Kahlil Gibran             Novel ini menceritakan sebuah perjalanan hidup Sheryl, Beni, dan Zulfikar yang mencoba mendamaikan badai dalam hati mereka. Kehidupan keluarga mereka penuh dengan konflik dan ketidakharmonisan. Sheryl Wiryadinata, seorang Wanita berusia 42 tahun, anak dari seorang pebisnis kaya raya dan terhormat, yang meniti karier di perusahaan ayahnya hingga menduduki posisi sebagai Wakil

Jemput Terbawa

Written by Pinto Anugrah Tanpa daftar isi, begitulah buku ini adanya, diawali oleh prolog, diakhiri oleh bab 16. Terdiri dari 206 nomor halaman, ukuran buku 13x20 cm, cetakan pertama pada Maret 2018, dan diterbitkan oleh MOJOK. Jujur bingung mau nulis apa tentang buku ini, kalimat pertama yang akan kalian temukan saat memasuki isi buku: “Di langit terberita Di bumi menjadi kabar Kisah orang kami kabarkan Dusta orang kami tidak ikut serta” Jemput terbawa, maksud hati hendak menjemput kebahagiaan yang terbawa justeru kenyataan pahit. Namun, selalu ada rasa bahagia dalam setiap perjalanan hidup. Percaya, percaya! Sesungguhnya aku tidak begitu yakin dengan apa yang ku tafsirkan dan maksud Uda Pinto Anugrah dalam isi buku ini. Alur cerita maju dan mundur, latar tempat di sebuah desa, Lembah Pagadih, Agam, Sumatera Barat. Buku ini sungguh sangat kompleks, mengisahkan pahit hidup Siti Kalaya a.k.a Laya yang bertemu Mak Ujang, Nurselah dan Pajatu yang merupakan ibu dan ayah Lay

Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya

Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Kisah Sufi dari Madura Written by Rusdi Mathari Ikon BEST SELLER di kanan atas bikin penasaran sama buku dengan judul menarik ini, buku yang aku pegang sekarang adalah cetakan kesebelas pada September 2020, dan cetakan pertama pada September 2016. Masih dari penerbit Mojok, tebal 226 halaman dengan warna sampul hijau telur asin, kategori buku ‘agama’. Aku suka buku ini, sangat menyentuh dan bikin pembaca berpikir dari setiap obrolan-obrolan tokoh utamanya, Cak Dlahom, Mat Piti, Romlah, dan tokoh-tokoh lainnya. Buku ini di bagi dua sesi cerita pada Ramadan Pertama dan Ramadan Kedua. Di halam XVII dijelaskan, nama Dlahom diambil dari diksi Jawa Timur yang kira-kira artinya ‘agak bodoh’, sama seperti tokoh yang digambarkan, atas refleksi Cak Dlahom sendiri mengenai pengetahuan manusia atas agama dan Tuhan. Pada tertentu, ada petikan quotes yang menceritan bab tersebut, yang bis akita jadikan bahan perenungan untuk diri sendiri, aku tulis d